Selasa, 25 Mei 2010

Wakaf Memang Lebih Afdol

Dalam Surat Ali Imran ayat 92 Allah Ta’ala berfirman, “Kamu tidak akan memperoleh kebajikan yang sesungguhnya sampai kamu sedekahkan harta yang kamu cintai.” Kata yang digunakan dalam ayat ini adalah birr yang berarti perbuatan bajik dan benar. Dalam ayat yang lain Allah Ta’ala juga memerintahkan hambanya untuk saling tolong menolong dalam dua hal yaitu birr dan taqwa. Jadi, berbuat bajik disejajarkan dengan ketaqwaan. Dari ayat sebelumnya kita diberitahu bahwa kesempurnaan kebajikan dapat diperoleh melalui sedekah atas harta yang kita cintai.
Ketika ayat tersebut turun para Sahabat Nabi, seperti Abu Thalhah r.a dan Umar Ibn Khattab r.a, secara spontan segera mewujudkannya dengan mewakafkan kebun kurma masing-masing. Inilah awal dari sunnah yang kemudian diikuti oleh kaum Muslimin untuk bersedekah dengan tujuan jangka panjang, dalam bentuk wakaf. Dalam pengajarannya kepada Umar Ibn Khattab ketika hendak mewakafkan perkebunannya Rasulullah SAW mengumpamakan wakaf ini sebagai “membudidayakan pohon, dan memanfaatkan buahnya”.
Dibandingkan dengan sedekah biasa, yaitu sedekah “konsumtif” artinya sedekah yang langsung dipakai untuk keperluan sesaaat, nilai wakaf atau sedekah jariah jauh lebih tinggi, karena pemanfaatannya yang bisa terus-menerus. Kita sekarang ini menyebutnya sebagai wakaf produktif, meskipun sesungguhnya semua wakaf pada dasarnya haruslah produktif.

Sedangkan atas sedekah biasa saja, yang sifatnya konsumtif pun, Allah Ta’ala telah menjanjikan tujuh ratus kali lipat balasannya. Apalagi untuk sedekah jariah yang memberikan pahala abadi?
Secara kongkrit manfaat yang dapat kita petik dari wakaf jelas lebih besar lagi. Sebab, saat ini kita hidup dalam masa yang sulit, karena segalanya telah dikomodifikasi, semuanya bukan saja telah menjadi komoditi tetapi juga komoditi yang harus dibeli dengan mahal. Bentuk-bentuk pelayanan umat yang semula merupakan sedekah jariah itu sendiri, seperti mengajari ilmu, menolong orang sakit, menularkan berbagai ketrampilan hidup, penyediaan jalan umum, sarana pasar, dsb, telah diperjualbelikan dengan tidak murah. Akibatnya bukan cuma kaum dhuafa, kaum papa dan miskin, yang merasakan kehidupan yang semakin sulit. Kesulitan hidup dialami semua orang termasuk mereka yang sebenarnya tergolong mampu dan kaya, yang pada gilirannya menimbulkan penyakit bakhil dan kikir, hingga semakin sedikit pula orang yang rela bersedekah.
Di situlah kita dapat memahami betapa jauh lebih afdolnya bila harta yang hendak Anda sedekahkan diniatkan dan diwujudkan sebagai wakaf. Dampak dan manfaat yang akan diberikannya akan jauh lebih besar, lebih luas, dan lebih lestari. Sedekah yang kalau diberikan secara sendiri-sendiri bernilai relatif kecil, dan kurang berdampak signifikan, akan menjadi jauh lebih bermakna bila dikumpulkan secara bergotong-royong, untuk membangun sebuah aset produktif. Harta wakaf akan mengurangi tingkat komersialisasi layanan umum di atas.
Dalam hadits yang lain Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasalam (SAW) menerangkan kriteria lain bagi sedekah yang terbaik, yaitu sedekah yang diberikan ketika seseorang dalam keadaan sehat dan masih muda. Bersedekah jangan ditunda-tunda, menunggu tua, atau bahkan sampai ketika kita menjelang ajal dan baru berwasiat untuk bersedekah. Sebab, harta yang ada di tangan seseorang yang telah tua apalagi menjelang ajalnya tiba, pada dasarnya akan segera menjadi milik pra ahli waris. Karena itulah, dengan tujuan kemuliaannya, Rasulullah SAW membatasi sedekah wasiat maksimal adalah sepertiga dari total harta yang dimiliki seseorang.
Maka, berwakaflah selagi Anda masih muda, sebab justru sedekah di waktu muda itulah yang akan menjadi tabungan hari tua kita. Dan, bila sedekah itu berupa wakaf, maka tabungan itu bukan cuma tabungan di dunia, melainkan juga di akherat kelak. Manfaat wakaf adalah lestari bagi mereka yang masih hidup di dunia, dan pahalanya abadi bagi para wakifnya, meski mereka telah meninggal dunia.
Pesan Rasulullah SAW itu juga bermakna bahwa untuk mencapai kebajikan yang sesungguhnya, yakni melalui sedekah jariah, tak perlu menunggu kita memiliki harta banyak. Sekali lagi, birr bernilai sejajar dengan taqwa, artinya yang paling bernilai dari tindakan bersedekah adalah perwujudan dari ketaqwaan kita kepada Allah Ta’ala. Justru bukan soal besar atau kecilnya harta yang kita sedekahkan. (Tabung Wakaf Indonesia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar